Beberapa bulan belakangan ini bener bener harus belajar yang namanya memaafkan dan merelakan. Karena sekuat apapun kita, sebuah kenangan nggak akan mungkin kita lupain (kecuali amnesia). Sepahit apapun itu, pernah ada saat manis yang Cuma bisa kita sebut masa lalu sekarang. Semua kisah akan ngasih kita pelajaran penting untuk kita ke depannya. Saat saat ini, kedua kata itu terasa sulit banget dijalanin, susah banget untuk sekedar let go of those memory or just stop the “what if”. Karena setiap kali inget moment itu, yang ada Cuma rasa marah, kecewa, dan penyesalan.
Memang sulit untuk sekedar bangun ketika kamu sudah memasrahkan diri untuk jatuh, kamu akan menyalahkan keadaan lalu menyalahkan dirimu sendiri yang sudah dengan bodohnya menjatuhkan diri sendiri, lalu menyalahkan dia yang mendorongmu untuk jatuh padahal dia tak ada untuk menangkapmu. Ya fase denial, fase penyangkalan bahwa semua itu adalah kesalahan besar. Setelah beberapa waktu dalam fase itu, ada yang masih stay dengan konsep itu, tapi ada yang akhirnya mencoba mencari tangan yang mampu untuk mengajaknya bangkit. Aku bersyukur dalam fase ini, ada orang orang terdekat yang mengulurkan tangan mereka dan menarikku kembali berdiri.
Mungkin kelihatan konyol kalau harus terus terusan mengeluh dan menyalahkan keadaan, tapi bukan itu yang bisa membuat kita untuk bangun. Ada suatu pikiran yang memotivasi untuk bangkit lagi, pikiran bahwa mungkin ini memang jalan Tuhan untuk nyadari kita, jalan Tuhan untuk memacu kita berlari lagi dan agar tidak jatuh dalam lubang yang sama. Nggak ada gunanya menengok ke belakang terlalu sering. Tengoklah dan tersenyumlah, saat itu adalah masa yang indah yang dinamakan pendewasaan diri. Semua orang punya fase itu, dimana mereka sadar hidup tidak hanya melulu tentang kita. Ada orang lain yang juga pernah jatuh, ada orang lain yang pernah mendorong orang untuk jatuh, dan kita tidak bisa menjadi sosok kekanakan yang menangis dan minta uluran tangan. Ikhlaskan semua yang udah terjadi dan yakin bahwa Tuhan punya rencana yang jauh lebih indah dari yang bisa kita khayalkan.
Bukan forget, tapi sekedar forgive dan let go. Let the memory go, biarkan dirimu pergi dimana kenangan –kenangan indah lainnya sudah menanti.